Peduli terhadap lingkungan menjadi latar belakang sekelompok wanita di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, untuk mengolah sampah organik rumah tangga menjadi kompos. Tak hanya itu, mereka juga rutin memberikan kursus pembuatan kompos. Tujuannya, untuk memasyarakatkan cara pengolahan sampah sekaligus menumbuhkan rasa cinta lingkungan.
Upaya ini berawal dari keprihatinan mereka terhadap lingkungan Ibu Kota yang semakin dipenuhi sampah sejak dua tahun silam. "Sekarang sampah organik, terutama rumah tangga di Jakarta begitu besar. Volumenya sampai 6.000 ton sehari. Semua itu bisa dikelola," kata Sri Murniati Djamaludin, pengelola tempat kursus bernama Kebun Karinda.
Murni--begitu ia biasa disapa--menuturkan, saat ini peserta kursus Kebun Karinda mencapai 4.000 orang. "Mereka terdiri dari anak muda, kecil, dewasa, dan lanjut usia," kata Murni. Kursus ini diadakan setiap Selasa dan Sabtu. Masing-masing peserta hanya dipungut biaya sekadarnya. Usai kursus, peserta bisa membawa satu pot kecil bibit tanaman dengan kompos sebagai media tanamnya.
Tanggapan positif pengembang perumahan juga sangat membantu ibu-ibu kreatif pimpinan pasangan suami istri Djamaludin Suryohadikusmo ini. Betapa tidak, mereka meminjamkan lahan seluas 300 meter persegi kepada para warga untuk dimanfaatkan sebagai kebun pembibitan dan pengomposan sekaligus tempat kursus Kebun Karinda.
Melalui kursus ini pula, para peserta dapat dengan mudah mengetahui cara mengolah sampah organik rumah. Antara lain, sisa-sisa makanan, sayur dan buah, potongan rumput segar maupun daun kering serta kertas yang telah dipotong kecil-kecil. Semua sampah tersebut nantinya dicampur sehingga berubah menjadi kompos dalam kurun waktu satu bulan.
Agar dapat memperoleh sampah organik, para wanita pecinta lingkungan hingga kini bekerja sama dengan para petugas kebersihan di lingkungan sekitar. Bahkan tidak sedikit masyarakat di luar lingkungan tempat tinggal mereka dengan sukarela mengantarkan sampah organik. Antara lain berupa daun atau bisa memperoleh bayaran berupa kompos siap pakai.(REN/Tim Usaha Anda)
Upaya ini berawal dari keprihatinan mereka terhadap lingkungan Ibu Kota yang semakin dipenuhi sampah sejak dua tahun silam. "Sekarang sampah organik, terutama rumah tangga di Jakarta begitu besar. Volumenya sampai 6.000 ton sehari. Semua itu bisa dikelola," kata Sri Murniati Djamaludin, pengelola tempat kursus bernama Kebun Karinda.
Murni--begitu ia biasa disapa--menuturkan, saat ini peserta kursus Kebun Karinda mencapai 4.000 orang. "Mereka terdiri dari anak muda, kecil, dewasa, dan lanjut usia," kata Murni. Kursus ini diadakan setiap Selasa dan Sabtu. Masing-masing peserta hanya dipungut biaya sekadarnya. Usai kursus, peserta bisa membawa satu pot kecil bibit tanaman dengan kompos sebagai media tanamnya.
Tanggapan positif pengembang perumahan juga sangat membantu ibu-ibu kreatif pimpinan pasangan suami istri Djamaludin Suryohadikusmo ini. Betapa tidak, mereka meminjamkan lahan seluas 300 meter persegi kepada para warga untuk dimanfaatkan sebagai kebun pembibitan dan pengomposan sekaligus tempat kursus Kebun Karinda.
Melalui kursus ini pula, para peserta dapat dengan mudah mengetahui cara mengolah sampah organik rumah. Antara lain, sisa-sisa makanan, sayur dan buah, potongan rumput segar maupun daun kering serta kertas yang telah dipotong kecil-kecil. Semua sampah tersebut nantinya dicampur sehingga berubah menjadi kompos dalam kurun waktu satu bulan.
Agar dapat memperoleh sampah organik, para wanita pecinta lingkungan hingga kini bekerja sama dengan para petugas kebersihan di lingkungan sekitar. Bahkan tidak sedikit masyarakat di luar lingkungan tempat tinggal mereka dengan sukarela mengantarkan sampah organik. Antara lain berupa daun atau bisa memperoleh bayaran berupa kompos siap pakai.(REN/Tim Usaha Anda)